‘Menolak’ Zona Nyaman, Tiga Dekade Berkawan dengan Alam Liar

Mochamad Indrawan, ahli biologi konservasi yang hampir tiga dekade melakukan riset dan pengabdian masyarakat di pulau-pulau terpencil di Sulawesi Tengah. Foto/Ist

JAKARTA – Hidup mapan di perkotaan menjadi impian banyak orang. Namun, pilihan itu pun sebetulnya sudah terlalu mainstream. Generasi muda masa kini mungkin bisa menyontoh Dr Mochamad Indrawan, ahli biologi konservasi dengan segudang pengalaman hidup yang menyatu dengan alam.

Peneliti dengan kekhususan bidang biologi konservasi ini hampir tiga dekade melakukan riset dan pengabdian masyarakat di pulau-pulau terpencil di Sulawesi Tengah , menemukan daerah burung endemik, serta spesies 100 tahun yang dianggap punah yaitu gagak Banggai. (Baca juga: 10 Ikhtiar Konservasi Habitat Paling Sukses di Dunia)

Sosok doktor bersahaja itu betah berbulan-bulan berada di hutan mengamati hewan dan tumbuhan, dan menjadikan langit bertabur bintang sebagai atap kantornya. Baginya, pengabdian kepada lingkungan hidup dan manusia merupakan kebahagiaan tersendiri. (Baca juga: Viral Pengantin Laki-Laki Gandeng 2 Perempuan Cantik Sekaligus, Ini Kisahnya)

Dalam acara Bincang Santai Tanpa Jalan Pintas yang digelar Tambora Muda, jaringan peneliti dan konservasionis muda Indonesia, dia menyebut hidup di alam liar, tidur di atas batu besar di hutan beratapkan langit menjadi pengalaman sangat berharga yang tidak bisa didapatkan dimanapun.